Seberapa Layak Toyota Calya G A/T Jadi Mobil Dua Juta Umat?

Otomotif133 Dilihat

sumbarpos.com – Test drive kali ini mengambil rute Bandung menuju Garut. Sebelum bicara performa dan fitur yang ditawarkan Toyota Calya tipe G ini, aspek eksterior rasanya perlu dibahas.

Sebagaimana tipe tertinggi, Calya tipe G punya fog lamp dengan ornamen krom, desain velg dua warna berdiameter 14 inci dan rear combination lamp. Bila melihat desain buritan ini, pasti akan membuat pemilik all new Innova sakit hati.

Duduk di kursi pengemudi, kesan pertama adalah ruangan yang seadanya. Betapa tidak, dengan postur sekira 174 sentimeter, kaki sering bersinggungan dengan setir dan berkesan setir diapit oleh kedua dengkul pengemudi. Selain itu belum ada pengaturan setir secara tilt dan teleskopik.

Setir jok pun dibuat polos. Jangan harap ada fitur kontrol audio. Fitur hiburannya cuma sistem audio double DIN. Anda bisa memutar lagu dari smartphone lewat fitur pairing Bluetooth. Sementara suara yang dihasilkan standar mobil entry level.

Desain jok pengemudi depan dibuat `ala-ala` bucket seat. Sayangnya, tinggi jok tak mampu mengakomodasi ukuran tubuh pengemudi yang tinggi. Leher dan kepala pengemudi tak tertopang maksimal.

Beda halnya di depan, duduk di baris kedua cukup memuaskan. Ruang kaki dan kepala leluasa. Kursinya bisa digeser dan direbahkan sesuai kebutuhan. Pada kursi paling belakang disarankan hanya untuk penumpang anak-anak. Bisa dilipat bila ingin membawa barang lebih.

Pengendalian dan performa

Selain kota-kota besar, menurut Toyota kantung-kantung penjualan Calya berada di kota kecil seperti Garut. Secara dimensi, panjang mobil ini 4.070 mm, lebar 1.655 mm, tinggi 1.600 mm dengan jarak sumbur roda 2.525 mm.

Pengendalian mobil ini seperti mobil kecil pada umumnya. Setir ringan dan radius putar pendek sehingga memudahkan pengoperasian.

Melewati jalanan menuju Gerbang Tol Pasteur, kondisi lalu lintas relatif ramai. Sehingga mobil ini harus dikendarai secara stop and go. Ketika tuas transmisi pada posisi D, akselerasinya lemot. Rasanya gas harus selalu diinjak lebih agar lebih baik baik.

Karena tak tahan dengan kondisi ini, Liputan6.com mengatasinya dengan memindahkan modus transmisi ke 3. Dengan cara ini performa pun terbantu.

Saat melaju di jalan bebas hambatan menuju Cileunyi, gas dibejek dan odometer mencatatkan kecepatan 120 km/jam. Rasanya, tenaga masih ada dan bisa melebihi kecepatan tersebut. Tapi, mobil ini tak dirancang untuk “bermain” kecepatan, tapi lebih kepada fungsinya.

(liputan6)

Tinggalkan Balasan