Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengklarifikasi isu soal Pemerintah Arab Saudi, “minta maaf” terkait dinamika dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025.
Hal ini disampaikannya saat evaluasi sementara di Mekkah, pada 11 Juni 2025, waktu setempat. Sejauh ini, dia memastikan bahwa pelaksanaan ibadah haji 2025 berjalan lancar dan kondusif — termasuk puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
Namun, dia mengakui bahwa ada sejumlah dinamika yang muncul selama operasional haji berlangsung. Salah satunya terkait isu soal Pemerintah Arab Saudi meminta maaf. Nasaruddin mengatakan bahwa bukan Pemerintah Arab Saudi yang meminta maaf, melainkan dirinya lah yang meminta maaf — sebagai penyelenggara dari pihak Indonesia.
“Kalau ada kekurangan dalam pelayanan, saya yang menyampaikan permohonan maaf. Tapi bukan berarti itu pernyataan dari pemerintah Saudi,” ujarnya, dilansir dari laman resmi Kementerian Agama RI.
Dia juga menegaskan bahwa salah satu dinamika yang disorot, yakni terkait kondisi macet yang terjadi Muzdalifah. Nasaruddin menjelaskan bahwa kondisi tersebut bukan hanya dialami oleh jemaah asal Indonesia, “tapi juga jemaah dari negara lain.”
Selain itu, Menag membantah kabar adanya jemaah Indonesia yang terlantar atau tidak mendapatkan tenda saat puncak haji di Arafah. Ia menegaskan bahwa semua jemaah telah difasilitasi, termasuk mereka yang sempat tidak mendapat tempat di tenda utama.
“Tidak benar ada jemaah terlantar. Mereka akhirnya dipindahkan ke tenda cadangan milik Pemerintah Arab Saudi, bahkan diberi sajadah dan termos. Fasilitasnya pun lebih baik dari tenda biasa,” jelasnya.
Sementara terkait isu pungutan liar dalam program Safari Wukuf untuk jemaah lansia, Menag memastikan bahwa hal itu tidak benar. Ia menjelaskan bahwa persoalan tersebut sebenarnya terkait dengan badal haji, yang dikoordinasikan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), bukan oleh petugas PPIH.
“Ada paket biaya yang memang harus dibayar jika seseorang ingin dibadalhajikan. Jadi bukan pungli dari petugas. Kami sudah turunkan Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenag untuk melakukan klarifikasi dan memanggil pihak terkait,” tegas Menag.
Menanggapi laporan adanya jemaah yang memilih berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina, Menag menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena mereka khawatir kepanasan dan tidak sabar menunggu bus penjemput.
“Petugas sudah beri informasi bahwa bus akan datang. Faktanya, jemaah yang sabar menunggu hingga pukul 08.00 pagi justru tiba lebih dulu di Mina dibanding yang berjalan kaki lebih awal,” katanya.
Ia memastikan bahwa seluruh jemaah Indonesia berhasil diangkut dari Muzdalifah dengan aman. Pada pukul 09.40 waktu Arab Saudi, seluruh jemaah telah diberangkatkan menuju Mina.
Menag juga menegaskan bahwa tidak ada satu pun jemaah asal Indonesia yang diberangkatkan ke Tanah Suci tanpa melaksanakan haji. Bahkan bagi jemaah yang secara fisik tidak mampu mengikuti puncak haji, telah dibadalkan hajinya sesuai ketentuan.
“Kami tidak menutup-nutupi adanya kendala. Tapi semua masalah yang muncul adalah bersifat kasuistik, dan kami selesaikan satu per satu di lapangan,” pungkasnya.
Dengan penyelenggaraan yang dinilai cukup baik dan pengelolaan isu yang terbuka, Kementerian Agama berharap proses pemulangan jemaah ke Tanah Air berjalan lancar hingga seluruh kloter tiba dengan selamat.***